Thursday 19 April 2018

LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DI SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN


LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DI SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

IWAN KURNIARAHMAN, S.S.
Malang, 8 Agustus 2018
PENDAHULUAN
            Sosial merupakan hal yang paling dekat dalam kehidupan manusia. Sejak manusia lahir ke dunia, misalnya, kehidupan sosialnya yang pertama ialah dalam keluarga. Kegiatan manusia tidak bisa lepas dari sosial lingkungannya. Manusia satu dengan manusia lainnya akan berhubungan dengan tujuan tertentu. Pidarta (1997:144) menyatakan, “sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat”. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia selalu berkelompok, berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud masing-masing individu tersebut.
            Salah satu tujuan dari interaksi kelompok manusia ialah pendidikan. Pendidikan adalah proses pendewasaan si-terdidik. Proses pendewasaan ini saling mempengaruhi antar terdidik dalam kelompok individu. Uno dan Lamatenggo (2016:88) menjelaskan, “pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung di dalam latar interaksi sosial”. Dalam kelompok masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dalam pendewasaan, mereka akan saling mempengaruhi guna untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga, pendidikan tidak mungkin terjadi dalam kehampaan sosial. Seorang individu tidak mungkin melakukan pendewaan diri secara mandiri. Dibutuhkan ruang lingkup sosial untuk mencapai tujuan pendewaan diri tersebut.
Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang sosial. Hal ini menjadi sangat perlu dipahami secara mendalam guna untuk menganalisis pendidikan secara luas. Segi sosial sangat perlu diperhatikan dalam pengembangan proses pendidikan di Indonesia. Landasan sosiologis pendidikan yaitu asumsi dalam pengimplementasian pendidikan yang berdasarkan pada interaksi sosial antar individu dalam hidup bermasyarakat.
Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Sosiologi?
2.      Apa definisi Landasan Pendidikan?
3.      Apa pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan?
4.      Apa Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia?
5.      Apa hubungan antara masyarakat dengan Landasan Pendidikan di Indonesia?
6.      Bagaimana implikasi nyata Landasan Sosiologis pada Pendidikan Islam di Sekolah?
Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian Sosiologi.
2.      Untuk mendeskripsikan definisi Landasan Pendidikan.
3.      Untuk mendeskripsikan pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan.
4.      Untuk mendeskripsikan Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia.
5.      Untuk mendeskripsikan hubungan antara masyarakat dengan Landasan Pendidikan di Indonesia.
6.      Untuk mendeskripsikan implikasi nyata Landasan Sosiologis pada Pendidikan Islam di Sekolah.


PEMBAHASAN
Pengertian Sosiologi
Secara harfiah  sosiologi  (sociology)  berasal  dari  kata  socius (bahasa Latin) yang artinya “teman“ atau “bersama orang lain” dan logos (bahasa Yunani)  yang  berarti  “studi mengenai”,  dengan demikian  sosiologi  diartikan  sebagai  studi  masyarakat. Berikut beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli:
Menurut Pidarta (2000:145), “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, dengan demikian pola-pola dan proses-proses sosial yang ada pada kelompok dan struktur masyarakat menjadi pokok bahasan sosiologi.”
Soekanto (2003:23) “menyimpulkan bahwa setelah menelaah berbagai definisi sosiologi, bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, mencari pengertian-pengertian umum, rasional, dan empiris serta bersifat umum.”
Stolley (2005:1) “menyatakan bahwa sosiologi sebagai studi ilmiah tentang perkembangan, struktur, interaksi, dan perilaku kolektif dalam hubungan sosial.”
Auguste Comte dalam Maqassary (2013) menyatakan bahwa, "sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
            Dari pengertian sosiologi yang dinyatakan oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan hubungan perilaku interaksi sosial antar individu maupun kelompok untuk mengetahui gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat.
            Sosiologi menjadi disiplin ilmu pengetahuan yang paling lama. Sosiologi menjadi ilmu dasar dalam mempelajari perkembangan manusia. Seiring perkembangan teknologi yang berdampak pada manusia. Sosiologi menjadi berkembang luas, hal ini dibuktikan oleh perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, sehingga mulai muncul disiplin ilmu sosiologi seperti halnya sosiologi pembangunan, sosiologi pendidikan, sosiologi industri, sosiologi pertanian, dan sosiologi kesehatan.
Definisi Landasan Pendidikan
            Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:633), landas bermakna alas, tumpuan. Selanjutnya landasan memiliki arti alas, bantalan, dasar. Dasar tumpuan dapat berupa konseptual misalnya sebuah asumsi, dapat pula berupa material, misalnya landasan pesawat terbang.
             Pendidikan dapat dipahami dalam dua sudut pandang, yaitu sudut pandang praktik pendidikan dan sudut pandang studi pendidikan. Menurut Robandi (2005:2) menyatakan bahwa, “Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.”
            Robandi (2005:2) mengemukakan, “landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.” Sementara Uno dan Lamatenggo (2016:12) menyatakan, “landasan pendidikan pada dasarnya merupakan paparan analisis kritis akan kaidah-kaidah dan kenyataan dasar (basic fact) pendidikan.”
            Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar tumpuan asumsi-asumsi praktik dan studi pendidikan sebagai dasar tujuan pengembangan pendidikan.
Pengertian Landasan Sosiologis Pendidikan
Menurut Pidarta (1997:145), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Dengan kata lain, ilmu ini mempelajari tentang bagaimana individu (manusia) berhubungan dan berinteraksi dengan individu lain dalam kelompoknya serta bagaimana bentuk susunan unit-unit atau struktur dalam masyarakat atau sosial beserta kaitannya satu sama lain.
Individu sendiri berasal dari bahasa latin, yakni kata individium yang memiliki makna “tak terbagi”. Artinya, individu adalah suatu sebutan tersendiri yang digunakan untuk menunjukkan satu kesatuan terkecil dan terbatas. Dengan kata lain, Individu adalah unit terkecil yang membentuk satu komunitas sosial atau masyarakat. Dalam ilmu sosiologi, individu bisa juga diartikan sebagai bagian paling kecil dari satu komunitas pengajaran yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Misalnya, di sekolah terdapat guru dan murid. Setiap murid adalah individu atau bagian terkecil dalam kelompok sosial di sekolah, yang sudah tidak bisa dibagi lagi menjadi satuan yang lebih kecil.
Ruang lingkup yang lebih besar dari individu adalah masyarakat.  Menurut Selo Soedmadjan yang dikutip dari Hidayati & Reickey (2007:6) “Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan". Di dalam masyarakat atau komunitas sosial, ada unsur yang dinamakan struktur sosial, dan di dalam struktur sosial itu sendiri setiap individu memiliki peranan dan status tertentu. Guna memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan masing-masing, setiap individu atau kelompok akan melakukan interaksi sosial, yang di dalamnya mereka juga melakukan tindakan sosial yang berujung pada terbentuknya proses pendidikan.
Tindakan sosial yang individu lakukan seyogianya sesuai dengan peran dan statusnya masing-masing yang merujuk pada nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat atau komunitas sosialnya. Dengan kata lain, secara umum haruslah selaras dengan kebudayaan di komunitas sosial atau masyarakatnya. Hal ini perlu dilakukan agar terbentuk conformity atau kesesuaian antara tindakan sosial dengan norma-norma sosial. Jika tidak, individu tersebut akan dianggap menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma sosial atau perilaku menyimpang (deviant behavior).
Selain sebagai makhluk bermasyarakat, manusia juga merupakan makhluk berbudaya. Meski demikian, manusia tidak serta-merta bisa langsung hidup bermasyarakat dan berbudaya sejak lahir. Untuk itulah, individu atau masyarakat (dalam bentuk manusia) perlu melakukan kegiatan pendidikan (sosialisi) dan enkulturasi. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing individu bisa hidup bermasyarakat serta berbudaya, sehingga tingkah laku yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat bisa dihindari.
Dalam hidup bermasyarakat, baik individu maupun masyarakat itu sendiri tentunya memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka membentuk pranata sosial, yakni pendidikan. Pendidikan adalah pranata sosial yang mempunyai fungsi untuk melaksanakan enkulturasi dan sosialisasi.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, Landasan Sosiologis Pendidikan merupakan acuan atau rujukan dalam menerapkan pendidikan, yang bertolak ukur pada interaksi dan komunikasi antarindividu sebagai bagian dari makhluk sosial dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat yang tentunya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kegiatan pendidikan adalah satu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, dengan harapan peserta didik bisa mengembangkan dirinya. Pengembangan diri tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kegiatan pendidikan mampu dilaksanakan dengan baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
landasan sosiologis pendidikan

Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, Landasan Sosiologis Pendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam proses kehidupan bermasyarakat, setidaknya ada tiga paham dasar yang dianut oleh masyarakat itu sendiri atau individu dalam masyarakat, yakni paham Individualisme, paham Kolektivisme, dan paham Integralistik.
Paham Individualisme adalah satu paham yang menganggap manusia perlu diperhatikan secara pribadi. Artinya, kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamaratakan dengan individu lainnya (KBBI, 2008:584). Paham ini beranggapan bahwa setiap individu berhak atas kebebasan berbuat, mementingkan dan mengutamakan hak atau kepentingan pribadi atau perseorangan melebihi kepentingan masyarakat maupun orang lain. Paham ini tidak sesuai dengan Pancasila karena potensi individualis yang bersemayam di dalam diri manusia yang menganut paham ini akan berubah menjadi negatif berupa keserakahan (Suhartono, 2013).
Paham Kolektivisme adalah paham yang tidak menginginkan adanya hak milik perseorangan, segala sesuatu adalah milik bersama (KBBI, 2008:791). Paham ini beranggapan bahwa eksistensi individu tidaklah begitu penting, dan yang paling penting adalah kepentingan kelompok. Artinya, segala daya dan upaya yang individu lakukan haruslah ditujukan dan diarahkan demi kepentingan kelompok. Pada praktiknya, paham ini pun tidak sesuai dengan Pancasila karena lebih berorientasi pada kelompok dan akan membatasi kemampuan individu untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
Paham ketiga adalah paham Integralistik. Mengenai paham ini, Parieta dalam Kaelan (2013:296) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Paham Integralistik adalah paham yang terkandung dalam Pancasila yang meletakkan asas kebersamaan hidup, mengidamkan keselarasan dalam hubungan antara individu dengan individu lain maupun individu dengan masyarakat. Artinya, paham ini tidak memihak kepada pihak yang lebih dominan atau kuat, menepis adanya dominasi mayoritas, serta tidak mengenal adanya tirani minoritas. Paham ini mengandung nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, keagamaan dan keselarasan.
Dengan kata lain, paham ini lebih mengutamakan kepentingan masyarakat secara keseluruhan namun tanpa mengesampingkan kepentingan pribadi masing-masing Indovidu yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.
Dari ketiga paham di atas, bangsa Indonesia menerapkan paham Integralistik pada landasan sosiologis pendidikannya karena paham inilah yang bisa merangkul semua elemen masyarakat dan memiliki tujuan yang sejalan dengan Pancasila. Pancasila mengajarkan adanya keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam tata kehidupan bangsa dan negara, yang di dalamnya ada individu yang merupakan bagian dari komunitas sosial. Namun faktanya, keberadaan manusia yang terhimpun dalam masyarakat sarat akan keanekaragaman, yang memang merupakan bagian dari keutuhan komunitas sosial di bangsa yang besar ini. Untuk menjamin dan memastikan terwujudnya tata kehidupan yang sarat akan ketertiban dan kedamaian, perlu diterakan paham Integralistik sebagai landasan sosiologis pendidikan di Indonesia.
Lebih lanjut lagi tentang Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia, menurut Hidayanto yang dikutip dari Fitriyati (2013:9), paham Integralistik yang dianut bersumber dari norma-norma dan nilai-nilai kehidupan di masyarakat, yakni: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras, serasi, dan seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia perorangan namun juga kualitas struktur masyarakatnya.
Asas gotong royong ini juga tercermin dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. [Q.S. Al-Maidah:2]

Masyarakat sebagai Bagian dari Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia

Masyarakat adalah salah satu bentuk dari komunitas sosial yang sangat majemuk dan dinamis. Dengan kemajemukan dan kedinamisan itulah, muncul berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pranata pendidikan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Namun kenyataannya, kebutuhan dan sudut pandang akan pendidikan antarindividu atau antarmasyarakat selalu berbeda-beda. Keberagaman ini diakibatkan oleh berbagai kondisi sosial yang ada. Sebagai contoh, kondisi sosial dari sudut pandang akan pendidikan. Pandangan masyarakat menengah ke atas dengan masyarakat menengah ke bawah akan pendidikan dan kebutuhannya akan pendidikan tentunya berbeda-beda. Masyarakat menengah ke atas tentunya sudah lebih melek akan pendidikan daripada mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Selain itu, kemampuan dan kesempatan mereka dalam menapaki jenjang pendidikan juga pastinya berbeda. Hal inilah yang memicu institusi pendidikan untuk mencanangkan program pendidikan yang sebaik-baiknya bagi semua elemen masyarakat di Indonesia.
Implementasi Landasan Sosiologis di Sekolah dalam Pendidikan Nilai-Nilai Keislaman
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang terdiri atas guru dan siswa. Siswa di sekolah tentunya sangat beragam serta berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Ada yang pandai, ada pula yang kecerdasannya sedang-sedang saja. Ada yang kemampuan belajarnya tinggi, ada pula yang biasa saja. Ada yang tingkat sosialnya tinggi, ada juga yang biasa saja. Dalam rangka mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada siswa dengan menjadikan kehidupan sosial sebagai landasan utamanya, para guru bisa memulai dengan mengajarkan tata karma ketika bertemu teman atau guru, misalnya dengan mengucapkan salam.
Para guru memberikan contoh kepada para siswa, yakni dengan saling berjabat tangan (dengan sesama jenis) sembari mengucapkan salam saat bertemu. Hal ini nantinya akan dicontoh dan diikuti oleh para siswa ketika mereka bertemu dengan teman-teman di sekolah atau bahkan dengan para guru. Para siswa nantinya akan saling berjabat tangan sembari mengucapkan salam saat bertemu teman-teman lainnya. Dalam hal ini, para guru menggunakan kehidupan sosial siswanya sebagai landasan untuk pendidikan nilai-nilai keislaman.


PENUTUP
Kesimpulan
Landasan Sosiologis Pendidikan merupakan acuan atau rujukan dalam menerapkan pendidikan, yang bertolak ukur pada interaksi dan komunikasi antarindividu sebagai bagian dari makhluk sosial dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat yang tentunya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Dalam penerapan landasan sosiologis pendidikan di Indonesia, negara ini menganut paham Integralistik yang artinya mengutamakan kepentingan masyarakat secara keseluruhan namun tanpa mengesampingkan kepentingan pribadi. Paham ini sejalan dengan Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.
Paham Integralistik yang dianut bersumber dari norma-norma dan nilai-nilai kehidupan di masyarakat, yakni: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras, serasi, dan seimbang antara hak dan kewajiban.
Kondisi sosial di masyarakat mempunyai hubungan yang erat dengan sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini karena masyarakat merupakan bagian dari landasan sosiologis pendidikan yang ada di negara kita. Mereka mempunya kebutuhan dan kesempatan yang berbeda-beda akan pendidikan. Perbedaan ini mengharuskan institusi pendidikan untuk menciptakan program pendidikan yang merujuk pada paham Integralistik.
Saran
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi satu sama lain. Selama proses sosialisasi inilah muncul kebutuhan akan pendidikan yang akan membawa manusia itu menjadi makhluk yang berpendidikan. Untuk membantu mewujudkannya diperlukan komitmen yang kuat bak baja dari pemerintah untuk memberikan pendidikan yang memadai dan mencakup semua kondisi sosial di masyarakat.


RUJUKAN
Al-Maqassary,  A. 2013. Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli. (Online), (http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html, diakses 13 Desember 2017).
Alwi, H, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:  Balai  Pustaka.
Dendi, S, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Hidayat, K & Rickey, G. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial: Sosiologi. Surabaya: Erlangga
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Pidarta, M. 1997a. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pidarta, M. 2000b. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Robandi, B. 2005. Hand Out Mata Kuliah Landasan Pendidikan. Bandung: UPI
Soekanto, S. 2003. Sosiologi suatu pengantar. Cet.36. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Stolley, K. S. 2005. The basics of sociology. London: Greenwood Press.
Suhartono, S. 2013. Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran . Kefilsafatan, (Online), (http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Kesadaran%20Moral%20Kehidupan%20Bermasyarakat.pdf, diakses pada 9 Desember 2017).
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. 2016. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Tentang Penulis
Iwan Kurniarahman was born in Jombang, on February 26, 1989 and lives in Perum Graha Merhosari Asri Cluster Mawar 22 Merjosari Lowokwaru Malang, East Java, Indonesia. He received his undergraduate degree in English Literature from Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. He is currently a student of Postgraduate Program for English Language Teaching Study Program in University of Islam Malang. You can reach him by sending a message to https://unisma-malang.academia.edu/IwanKurniarahman.

YUK AMBIL VERSI PDF PAPER INI GRATIS DI SINI

Artikel Terkait